Saturday 4 April 2020

(Part 3) Our 2020 Journey: Palestina (yang hampir terlupakan)

Sabtu, 8 February. Pagi yang dingin di al-Quds, 6° saat kami berkumpul untuk tur ke kota Al Khalil (Hebron). Stop point pertama di Masjid dan Maqam Nabi Yunus yang letaknya di tepi jalan raya, sangat mudah mengaksesnya.
Seperti maqam pada umumnya, disini hanya melambangkan tempat ini pernah didatangi atau ditinggali Nabi Yunus.

Maqam nabi Yunus
Stop point kedua di Masjid Ibrahimi. Untuk mencapainya harus jalan kaki sejauh 500 meter lagi karena 15R43L gak mengizinkan bus2 mendekati areal masjid. Sebenarnya kota ini dibawah otoritas Palestina, tapi penjajah bersikukuh gak mau angkat kaki dari sana dengan dalih melindungi peziarah yahudi ðŸ™„

Inside Masjid Ibrahimi
Terdapat 7 maqam di dalam Masjid. Maqam nabi Ibrahim dan istrinya Siti Sarah, nabi Yaqub dan istrinya Leah, nabi Ishaq dan istrinya Rifka, dan maqam nabi Yusuf. Kata Firaz kuburannya ada di dalam gua yang terletak 15 meter dibawah Masjid. Bisa diintip dari lubang yang bertuliskan Alghar Alsharif (Gua Suci).



Pada February 1994 di sini terjadi pembantaian jama'ah sholat Subuh oleh yahudi. Sejak saat itu Masjid Ibrahimi dibagi menjadi 2 bagian, Masjid untuk Muslim dan sinagog untuk yahudi, yang dibatasi pintu lipat/geser. 10 hari dalam setahun pada hari2 besar Islam seluruh bangunan menjadi Masjid, begitupun 10 hari dalam setahun pada hari2 besar yahudi seluruh bangunan menjadi sinagog.


Pembatas Masjid dan sinagog
Yang bikin amaze, di situ terdapat mushola yang dibangun orang Indonesia bernama Amir Alamuddin al-Jawi. Firaz cerita kalau Amir disini kemungkinan raja/pemimpin. 500 tahun yang lalu beliau datang jauh2 dari Jawa naik kuda, mewaqafkan hartanya membangun Mushola di situ untuk menghormati nabi Ibrahim dan keluarga. Wallahu'alam.


Mushola Amir Alamuddin Al Jawi
Stop point berikutnya di Betlehem untuk makan siang dan belanja. Toko 'Ziarah' yang kami datangi lantai bawahnya pusat oleh-oleh, dan resto di lantai atas. Praktis.


Pusat oleh-oleh di lantai 1

Resto di lantai 2

Selanjutnya kembali ke al-Quds menuju Bukit Zaitun. Dari sini bisa terlihat keseluruhan Baitul Maqdis/Old City, dan tentu saja komplek al-Aqsha dengan kubah emasnya yang jadi iconDi sanalah "Masjid yang Jauh" itu, kiblat pertama kita, tanah suci ketiga kita, negeri yang diberkahi yang keberadaannya hampir terlupakan. Rasa haru memandang kota ini dari kejauhan, mengingat betapa kita sekarang sudah hampir kehilangannya ðŸ˜”


Panoramic view of Al Quds


Teringat tulisan seseorang: "Yang perlu kita renungkan tentang Al Quds adalah, mengapa Rumah Allah kedua didirikan di sini? Mengapa Nabi Musa diperintahkan Allah membawa Bani Israil ke tanah ini? Mengapa Nabi Muhammad SAW dibawa dulu ke sini baru di Mi’raj-kan ke langit dan Sidratul Muntaha untuk bertemu Sang Maha Pencipta, kenapa tidak dari Makkah langsung? Mengapa Rasul meminta umatnya agar mengutamakan pergi ke Masjidil Aqsha (selain Masjidil Haram & Masjid Nabawi) sebelum pergi ke tempat lain? Mengapa sejak dahulu, berbagai bangsa datang untuk berperang memperebutkan tempat ini?  Mengapa semua manusia akan dikumpulkan di tempat ini saat datangnya hari kiamat? Tentu semua ini adalah rahasia Allah yang logika kita masih sangat terbatas dalam menjawabnya".
Ya, semua itu menjadi rahasia Allah. Tugas kita hanyalah berusaha memakmurkannya, menunjukkan pada dunia Al Quds adalah milik kita, sampai pada masanya ia akan dibebaskan. Hingga saatnya nanti Allah bertanya apa kontribusi kita dalam memperjuangkannya, kita dapat menjawabNya dengan jawaban terbaik.
Ah menuliskannya membuat hati gerimis 😢


... 

Mestinya tulisan ini berlanjut ke cerita di Yordan, tapi dicukupkan sampai disini dulu yaa, lagi baper tekangen tanah suci yang ketiganya sekarang lagi ditutup karena covid19 🥺
Semoga keadaan segera membaik dan kita dapat kembali memakmurkan ketiganya, lagi, dan lagi.. Aamiin.

No comments:

Post a Comment